Selasa, 29 April 2014

Bahwa Takdir Tak Mungkin Keliru Tak Mungkin Salah Hitung


Anggaplah rasa sakit ini adalah bayaran karena aku yang menutup mata dari pintu larangan-Mu dan semua kisi-kisi jendela yang meski tertutup dapat menjadi jalanku meloncati lorong yang Engkau bilang tak boleh kusentuh dulu. Sudah dengan kelembutan Kau sentuh aku dan memintaku menepi namun aku terus masuk, masuk, masuk dan masuk lebih dalam. Padahal berkali-kali bayangan sayap malaikat seperti kelopak nymphaea caerulea raksasa yang kelam hingga cerah seperti mengingatkanku yang masih pura-pura tuli. Tapi Engkau selalu baik, seperti cinta yang selalu mau mendengarkan. Kini Kau sentak aku dengan satu pukulan yang sangat tepat, dekat ulu hati, dan aku pun ingin berhenti. Tangan-Mu selalu mengulur di saat aku tak tahu harus berpegang kemana, di saat aku sudah tak mengerti lagi seperti apa bentuk dan warna hatiku. Kau terus mengirimkan kalimat ajaib dan aku berdiri lagi. Demi nama-Mu Yang Paling Agung, bahwa tidak pernah ada rasa sakit yang tidak bisa selesai, bahwa tak ada air mata yang selalu mencair, bahwa tak pernah ada kehidupan tanpa rasa sakit, dan buatlah aku yakin Kau menciptakan sakit ini karena cinta-Mu jauh lebih besar dari yang pernah kuduga.
Bukankah sebelumnya aku sudah pernah menjalani rasa kehilangan yang jauh lebih besar dari ini? Dan Kau menemaniku, seharusnya aku tak perlu ragu lagi bahwa takdir tak mungkin keliru, tak mungkin salah hitung.
Apa pun yang Kau inginkan dan Kau pilihkan, buatlah aku mengerti dan berlajan ke sana, ke tempat Kau sudah menyiapkan sesuatu yang lantas dapat mengajarkan tentang bahagia yang sebenarnya. Jadi jika aku memang harus berhenti untuk ini, temani aku… temani aku dengan suara-suara-Mu yang menenangkan.

repost disini